Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan
Romadhon. Bulan yang selalu dinanti nantikan oleh kaum Muslimin. Bagaimana
tidak, pada bulan ini pahala dilipat gandakan, pintu syurga di buka selebar
lebarnya, pintu neraka di tutup serapat rapatnya, dan setanpun di belenggu.
Sehingga bulan Romadhon menjadi sebuah moment berharga bagi kita
untuk mendulang pahala sebanyak banyaknya. Pun menjdi moment untuk bertaubat
dari segala
perbuatan dosa yang telah kita lakukan.
Sungguh merugi orang yang melewati bulan Romadhon tanpa mendapatkan apa apa.
Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ورب قائم ليس له من قيامه إلا
السهر
“betapa banyak orang yang puasa, akan tetapi tidak mendapat
apa apa dari puasanya kecuali lapar saja, dan betapa banyak orang yang berdiri
(Sholat) akan tetapi tidak mendapat apa apa kecuali rasa capeknya saja” (Hadits
Hasan Sohih Riwayat Ibnu Majah, Nasa’i, Ahmad dan yang lainnya)
Tujuan Puasa Romadhon.
Disamping itu, disyariatkannya puasa Romadhon memiliki
tujuan yang mulia, memiliki buah yang siap dipetik bagi orang yang
melaksanakannya dengan benar dan sungguh sungguh. Yang apabila orang yang
melaksanakan puasa Romadhon akan tetapi tidak mencapai tujuan disyariatkannya
puasa Romadhon, maka hal ini menunjukan akan kesia-siaan puasanya. Tujuan
disyariatkannya puasa romadhon adalah agar kita menjadi orang yang
bertakwa, sebagaimana yang Allah ta’ala terangkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shiyam
ramadhan sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar
kalian bertaqwa." (QS. 2:183)
Pengertian “agar kalian bertakwa”
Imam Al Qurthubi, Imam Asy-Syaukani, Al-Alusi, Al-Qosimi,
Said Hawa, Ahmad Musthofa Al Maroghi dan Zamakhsyari, secara serentak
menjelaskan buah atau hasil La’allakum Tattaqun = agar
kalian bertaqwa dalam ayat tersebut, di mana satu dengan yang lain
saling bermiripan dan saling memperkuat.
Imam Al Qurthubi berkata : maksudnya agar kamu lemah, (
karena berhenti makan ). Setiap orang sedikit makan, lemahlah syahwatnya,
setiap lemah syahwat, sedikitlah nyalinya untuk berbuat maksiat.
Imam Asy-Syaukani berkata : dengan ibadah ramadhan ini,
agar kamu berhati-hati terhadap berbagai ragam kemaksiatan, karena aktifitas
ini dapat memecahkan syahwat, melemahkan faktor-faktor penunjang kemaksiatan
sebagaimana peringatan Nabi bahwa shiyam adalah benteng pertahanan.
Imam Al Qosimi berkata : shiyam ramadhan akan
meredamkan syahwat, menghalangi hawa nafsu dan menahan akan terjerumusnya
seseorang kepada kekejian.
Imam Al-Alusi berkata : agar kamu bertaqwa disini
adalah agar kamu berhati-hati terhadap berbagai kemaksiatan, sebab ibadah
ramadhan ini akan mempu membuat mandul atau loyo syahwat seseorang. Syahwat
merupakan posko utama kemaksiatan.
Al Baidhawi berkata : agar kamu bertaqwa di sini adalah
agar kamu hati-hati terhadap kemaksiatan, sebenarnya shiyam itu mampu
menghancurkan syahwat, dimana syahwat merupakan induknya maksiat.
Az-Zamakhsyari berkata : Agar kamu berhati-hati
terhadap kemaksiatan, karena orang yang sedang shiyam akan
menjauhkan dan menahan diri agar tidak terjerumus di lembah kekejian. Atau agar
kamu sekalian tergolong dengan orang-orang yang bertaqwa.
Muhammad Ali Shabuni berkata : Agar kamu bertaqwa
disitu adalah dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
Ahmad Musthafa Al Maraghi mengingatkan : Shiyam di situ
untuk melatih jiwamu agar betul-betul bertaqwa kepada Allah dengan meninggalkan
syahwat yang dibolehkan agar mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala. Di
samping mendidik nyali/kemauan pribadi untuk menahan diri dengan cara
meninggalkan syahwat yang diharamkan serta sabar di dalam
menghadapinya.
Ada lagi yang mengatakan bahwa kata Taqwa di situ masih
bersifat umum, tidak seperti yang tersebut di atas. Bila arti taqwa
tersebut masih umum, bisa kita kutip perkataan dari generasi salaf
sebagai berikut :
Abu Yazid Al Bisthomi berkata : Taqwa adalah siapa yang
berkata, berkata untuk Allah dan bila ia beramal, beramal untuk Allah.
Abu Darda' berkata : Taqwa di dalamnya mencakup seluruh
kebaikan. Taqwa merupakan wasiyat orang-orang terdahulu dan yang akan datang,
taqwa merupakan kebaikan yang selalu diambil manfaat oleh manusia.
Abu Sulaiman Ad Daroni berkata : Orang yang bertaqwa
adalah orang-orang yang dicabut oleh Allah syahwat mereka dari dirinya. Ada
yang mengatakan bahwa orang bertaqwa adalah menjaga diri dari kemusyrikan dan
bebas dari kemunafikan
Ibnu Mas'ud dan Abdullah berkata : Taqwa adalah taat
kepada Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya, Ingat dan tidak lupa kepada
Allah, bersyukur dan tidak kufur kepada-Nya.
Hasan Basri berkata : Taqwa adalah
berhati-hati terhadap yang diharamkan Allah dan melaksanakan kewajiban yang
telah diperintahkan-Nya. Al Kalby berkata : taqwa adalah menjauhi
dosa-dosa besar Qotadah berkata : taqwa adalah orang yang percaya
kepada yang ghaib, menegakkan sholat dan menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Mu'adz bin Jabal berkata : taqwa adalah berhati-hati
terhadap kemusyrikan, hati-hati terhadap arca / patung dan ikhlas
dalam segala ibadah, selanjutnya ia akan berjalan ke surga.
Muhammad Nasib Ar-Rifai secara
gamblang membeberkan dalam Taisir Aly Al Qodir Li-ikhtishor Tafsir
Ibnu Katsir, bahwa orang yang bertaqwa adalah orang tidak
berbuat syirik kepada Allah, mentauhidkan Allah, melaksanakan perintah dengan
penuh ketaatan kepada Allah, takut akan siksa Allah, mengharapkan rahmat Allah
dan berhati-hati terhadap yang diharamkan oleh-Nya.
Realitas masyarakan hari ini
Bila kita melihat realitas yang terjadi di masyarakat, kita
akan meliahat situsasi yang menyedihkan. Di tengah pelaksanaan shiyam ramadhan
dengan tujuan yang sangat mulia tersebut, ternyata banyak rintangan. Meskipun
banyaknya kaum Muslimin yang melaksanakan uasa Romadhon, media televisi, radio,
video dan media cetak secara transparan masih lancar menyajikan tayangan dan
adegan seronok dan cabul, yang jelas itu semua mengumbar dan membangkitkan
syahwat, labih parahnya lagi hal itu dilindungi dan didukung oleh aparat atau
pemerintah setempat.
Bila memasuki awal bulan syawwal atau Idul Fitri, kondisi
lebih parah lagi, acara kemaksiatan semarak lagi, masjid dan surau kembali
menjadi kosong, suara alunan Al Qur’an dan kultum-kultum atau
pengajian menghilang dihantam gelombang syahwat yang begitu dahsyat.
Belum kita lihat dan dengar seorang ulama atau ustadz
yang menekankan secara tegas bahwa hasil buah shiyam ramadhan sebulan
penuh itu agar menjadi manusia yang bertaqwa dengan pemahaman yang murni
seperti penjelasan para mufassirin ( ahli tafsir ) di atas.
Sehingga tidak menutup kemungkinan atau bahkan bisa
dipastikan banyak dari kaum Muslimin –tidak terkecuali kita- yang berpuasa,
akan tetapi tidak mendapatkan apa apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaganya
saja, sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas. Tentunya ini menjadi koreksi
bagi diri kita semuanya.